Pages

Search

Kota Kinabalu

 

Welcome to Kinabalu

8 Mei 2013, 2.40 PM

Kota Kinabalu merupakan ibu kota Sabah, negara bagian Malaysia yang terletak di tepi pantai menghadap laut China. Beberapa orang bertanya pada kami, apakah kami akan mendaki Mount Kinabalu? Sayang sekali mendaki gunung Kinabalu tidak termasuk dalam itinerary kami. Pertama karena faktor waktu, selain itu dibutuhkan fisik yang prima dan biaya yang tidak sedikit.

Begitu sampai di Airport Kinabalu, kami menyewa mobil kecil merk perodua selama tiga hari dengan biaya  RM 330 (+/- Rp 1.089.000,-) termasuk asuransi. Kami menyewa mobil di Airport dan akan mengembalikan mobil juga di Airport pada saat kepulangan kami. Kondisi mobil yang kami sewa masih baru dan bagus. Kami memasukan ransel ke dalam mobil dan siap mengeksplore kota Kinabalu.

Jalanan kota Kinabalu

Jalanan di Kota Kinabalu

Sate made in Solo

Bermodal peta ala kadarnya kami mengelilingi kota Kinabalu. Patung ikan marlin yang berada di tengah bulatan taman merupakan icon kota Kinabalu. Kami menjalankan mobil perlahan dan berhenti di sebuah kedai kopitiam yang cukup ramai. Di dalam kedai terdapat beberapa gerobak makanan seperti pujasera kecil. Kami memesan sate ayam dan sate daging dengan harga RM 60 sen (+/- Rp 1980,-) per tusuk. Ternyata penjualnya pemuda asal Solo (jawa tengah) yang sudah lama tinggal di Kinabalu bahkan menikah dengan gadis setempat.

Mausan King durian lover

Hari semakin sore, kami memutuskan untuk pergi ke hotel. Kami menginap di Tune hotel yang bersebelahan dengan Novotel dan satu lokasi dengan 1Borneo mall. Perjalanan menuju hotel, kami melewati beberapa pedagang durian. Hmmm… sebagai pecinta durian kami tidak mungkin menolak untuk mencoba :-P Kami membeli satu buah durian “mausan king” dengan harga RM 50 (+/- Rp 165.000,-)

Kami tersenyum lebar. Duriannya uenaak. Teksturnya lembut, manisnya pas banget, dengan daging yang tebal, biji tipiiiss dan kecil. Mantaaap. Durian terenak yang pernah aku rasakan. Must try!

 

View from Tune hotel room at Kinabalu

Good morning Kinabalu

9 Mei 2013

Pagi yang cerah. Dari jendela kamar kami melihat pegunungan dan kabut yang perlahan memudar seiring dengan munculnya sinar matahari. Hari ini kami akan mengunjungi Kinabalu Park dan Poring hot spring.

 

the way to Kinabalu park and poring hot spring

Berbekal peta sederhana dan modal bertanya pada penduduk setempat, kami driving menuju Kinabalu park. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan gunung-gunung yang hijau dan asri. Jalanan sangat lebar dan mulus. Demen banget. Rada ngiri, kenapa di Indonesia jalanan tidak bisa semulus ini.

Catholic church in Kinabalu

Kami baru menyadari begitu banyak gereja Katolik di Kinabalu. Hampir setiap 2 - 5 KM perjalanan yang kami lalui terdapat petunjuk jalan menuju gereja Katolik. Bahkan di satu lokasi sering kami temui 2 atau 3 petunjuk arah menuju gereja Katolik.

 

Kinabalu park

Kinabalu park merupakan taman nasional yang dilindungi, dan pada tahun 2000 mendapat penghargaan situs warisan dunia dari UNESCO. Berlokasi 90 KM dari kota Kinabalu dengan ketinggian 1.585 Meter di atas permukaan laut. Entrance fee RM 15 (+/- Rp 49.500,-) 

Kinabalu Park Borneo

Kinabalu Park

Dari Kinabalu park kita bisa melihat gunung Kinabalu dari kejauhan. Saat kita melihat sekeliling, kita akan melihat indahnya pegunungan dan hijaunya pepohonan. Di dalam area taman nasional Kinabalu, terdapat lebih dari 4500 species flora dan fauna, termasuk lebih dari 300 burung dan 100 mamalia. Selain bersantai menikmati pemandangan, pengunjung juga bisa berkeliling masuk ke dalam hutan lindung dengan jalan kaki melewati jalan kayu yang dibuat khusus untuk pejalan kaki.

Kinabalu

Kami sampai di tempat bernama pondok Timpohon. Tempat dimana para pendaki memulai pendakian ke gunung Kinabalu. Alam yang masih natural dan taman nasional yang sangat terawat.

 

Beautiful valley in Kinabalu

Dari Kinabalu Park kami melanjutkan perjalanan menuju Poring hot spring. Selama perjalanan kami melewati pegunungan dan desa desa kecil yang cantik.

Kinabalu valley Borneo

Kinabalu valley

Poring hot spring Kinabalu

Sumber air panas ini terletak 40 KM dari Kinabalu park. Jika kita sudah memiliki tiket masuk ke Kinabalu park, maka memasuki area Poring hot spring tidak perlu membayar lagi. Di dalam area Poring hot spring kita bisa berendam di kolam air panas yang mengandung belerang, atau mengunjungi butterfly farm, orchid conservation center dan canopy walk.

Poring hot spring

Setelah makan siang kami memutuskan naik canopy walk. Entrance fee RM 15 (+/- Rp 49.500,-) per orang dan biaya membawa satu kamera RM 5 (+/- Rp 16.500,-).

the way to canopy walk

Untuk mencapai lokasi canopy walk, kami masih harus melewati jalanan mendaki +/- 1 KM. Kami melewati hutan yang asri dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Canopy walk

Terdapat 5 jembatan canopy dengan total panjang 175 M dan tinggi 43 M dari dasar hutan. Saat akan melalui jembatan, terdapat petugas yang menjaga dan mengatur giliran pengunjung yang akan melewati canopy. Pengalaman yang cukup seru. Tapi akan jadi pacu adrenalin untuk pengunjung yang takut ketinggian :)

Canopy walk Kinabalu

Canopy walk Kinabalu

 

Dairy farm in Kundasang village

Dairy farm bernama “Desa Cattle” berlokasi di Mesilau Plateau, Kundasang.  Peternakan di daerah pegunungan yang sangat cantik. Entrance fee RM 4 (+/- Rp  13.200,-).

Dairy farm Kundasang

Saat yang tepat untuk mengunjungi Desa Cattle adalah sore hari pada jam 3.00 PM karena saatnya pemerahan susu sapi. Sayang sekali kami datang sudah terlambat dan desa cattle shop sudah hampir tutup. Kami membeli sosis bakar dan susu segar. Yummy.

 

Back to Kinabalu city

Dari dairy farm kami melanjutkan perjalanan sampai di kota Ranau. Hari sudah semakin sore, kami memutuskan kembali ke kota Kinabalu. Karena inign melihat sisi lain dari Kinabalu, maka perjalanan pulang ini kami memilih rute jalan yang berbeda dengan saat kami berangkat. Jika berangkat kami melewati desa Tuaran (map dari A ke B), kali ini kami akan mencoba rute melewati desa Tambunan dan Penampang (map dari B ke C,D dan A).

Adventure road

Sepanjang perjalanan kami sudah merasa agak aneh. Kenapa banyak kendaraan mengambil jalur sebaliknya dengan kami. Kami berunding dan mulai ragu, tapi untuk berputar balik kami harus menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi. Tanggung. Maka kami tetap dengan rencana semula.

Lost in Borneo

Kami mulai melewati jalan yang menyempit. Kanan kiri kami hanya pegunungan dan hutan. Tidak ada satupun rumah penduduk. Tidak ada satupun mobil selain mobil kami. Terdapat beberapa papan bertuliskan “awas tanah longsor”  Kami mulai berdoa dalam hati.

Aku menyalakan lampu mobil dan melirik indikator bbm di mobil kami, seperempat. Semoga cukup. Akhirnya kami melewati beberapa rumah penduduk tapi tidak menemukan satupun kios bensin. Tidak berapa lama kami kembali melewati hutan. Perjalanan ini terasa panjang banget. Di manakah kami berada? Saat sampai di desa Tambunan kami agak lega, paling tidak kami berada di rute yang benar meskipun kami juga tidak menemukan kios bensin di sana. Kami terlalu tegang saat itu sampai lupa memfoto desa Tambunan :D Kami kembali memasuki hutan. Baru aku sadari jika kami hampir tidak bersuara di dalam mobil, maka iseng aku hentikan mobil sebentar dan mematikan lampu. Hehehe… Gila. Gelaaap gulita :-P

Follow your instinct

Malam semakin pekat. Kabut mulai turun membuat penglihatan kami hanya berjarak tidak lebih dari dua meter. Kecepatan mobil tidak lebih dari 20 KM per jam. Hhhhh jam berapa kami akan sampai di kota. Awas.. pelan-pelan…, merupakan kalimat yang sering terdengar malam itu :)  Kami jadi mengerti kenapa banyak mobil mengambil jalur sebaliknya dengan kami. Pelajaran berharga bagi kami, jangan abaikan kata hatimu ;)

 

Dangerously delicious ;)

Kami bersyukur telah selamat sampai di kota Kinabalu. Kami memutuskan makan malam di sea food market di jalan Tud Fuan Stephen. Kami memesan tiger prawn butter dengan harga RM 20 (+/- Rp 66.000,-). Hmm..  tadinya kami berpikir udang yang besar itu rasanya hambar. Ternyata kami salah. Tiger prawn butter bener-bener uenak! udangnya fresh, dagingnya terasa manis dan gurih, bahkan kaki-kaki udang terasa crispy dan enak. Bukan cuman udang, bumbu butternya juga enak. Entah mereka mencampur bumbu apa saja, yang jelas masakannya enaak. Mantaaap. Must try!!!

 

Jesselton Point

10 Mei 2013

Hari ke tiga di Kinabalu. Kami menikmati wisata kota. Kami mengunjungi Jesselton point, sebuah pelabuhan ferry yang cukup menarik dengan beberapa toko-toko kecil, café dan resto. Dari Jesselton point kita bisa naik perahu menuju beberapa pulau kecil di sekitar Kinabalu. Biasanya para tourist akan pergi dengan perahu ke pulau-pulau di pagi hari dan kembali ke kota saat sore hari.

Jesselton Point Kinabalu

 

St Michael Church

St Michael Church merupakan gereja Katolik tertua di Kinabalu. Bangunan gereja terdiri dari batu-batu utuh yang di susun menjadi tembok. Dibangun pada tahun 1936, Pembangunan sempat terhenti selama perang dunia ke dua dan dilanjutkan setelah perang selesai pada tahun 1947. 

St Michael Church

 

Kinabalu city Mosque

Masjid Kinabalu di bangun di atas lahan seluas 2.4 hektar dengan gaya arsitektur Islam kotemporer. Masjid terapung ini bisa menampung 9000 – 12.000 orang, memiliki menara setinggi 65.5 M. Saat bulan purnama masjid ini akan terlihat sangat indah dengan bias cahaya yang memantul di atas air.

Kinabalu city Mosque

 

Peak Nam Tong Temple Kinabalu

Peak nam tong temple merupakan salah satu dari dua kuil Budha di Kinabalu. Sayang sekali pengunjung tidak boleh masuk ke dalam pagoda. Pada saat perayaan Chinese new year, Peak nam tong temple akan ramai dengan lampion dan tarian barongsai selama enam hari berturut-turut.

Peak Nam Tong Temple Kinabalu

 

Rainy night in Kinabalu

Hujan mengguyur kota Kinabalu. Kami driving mengelilingi kota. Menikmati kota Kinabalu di malam hari, dan berakhir dengan makan malam di sea food market. Yach.. kami kembali menikmati tiger prawn ;) Kenapa ya makanan berkolestrol itu enak.. :D Lupakan kolestrol, ini malam terakhir kami di Kinabalu ;)

Good night Kinabalu

Good night Kinabalu

 

Rumah terbalik in Kinabalu

11 Mei 2013

Pagi ini kami mengunjungi “rumah terbalik” yang berlokasi di desa Tuaran. Rumah terbalik dibangun dengan gaya arsitektur tradisional rumah kampung Sabah, dengan perabotan rumah serba terbalik di dalamnya. Entrance fee RM 18 (non malaysian) +/- Rp 59.400,- per orang. Opening hour 7.00 AM – 7.00 PM.

Rumah terbalik at Kinabalu

Kami hanya boleh mengambil gambar di luar rumah. Selain rumah terbalik, terdapat taman terbalik, toilet terbalik dan  mobil terbalik. Semua asli dan dalam posisi terbalik. Cukup kreatif ;)

Rumah terbalik

 

Last day in Kinabalu

Dari rumah terbalik kami melihat peta dan pergi ke daerah Karambunai. Kami berkeliling dan sampai di daerah padang golf yang asri dan indah. Kami menghabiskan waktu beberapa saat di tempat ini, kemudian kembali ke kota Kinabalu untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan ke Airport. Sore ini kami akan melanjutkan perjalanan ke kota Kuching. Kami menggunakan maskapai Airasia pk 3.30 PM. Good bye Kinabalu, I’ll be back someday ;)

Coron Island

 

Clark – Manila - Coron Island Philippine

14 Agustus 2013

Gerimis di pagi hari. Dari Tune hotel Clark, kami naik tricycle menuju Dau terminal dengan durasi perjalanan +/- 10 menit. Pagi ini kami akan melanjutkan perjalanan dengan bus ke Manila, kemudian ke Coron Island dengan maskapai Cebu airlines.

Saved by Nicholas Cage

Begitu sampai Dau terminal, seorang porter dengan potongan rambut gondrong dan tampang mirip Nicholas Cage menyambut kami dan menawari kami bus. Tidak seperti yang kami bayangkan, ternyata kami masih harus menunggu kedatangan bus tujuan ke Manila. Durasi kedatangan bus tujuan Manila lebih sering bus tanpa ac dibandingkan bus ber-ac.

Setelah menunggu +/- 30 menit, akhirnya bus ber-ac datang. Dengan sigap Nicholas cage (sang porter) meraih ransel kami dan membawanya memasuki bus. Lho…. kami cuman bisa bengong saja dan berusaha ikut masuk ke dalam bus. Saat kami akan naik ke dalam bus, justru sang porter turun dan mengatakan kalau bus sudah penuh. Kami lihat dari luar sepertinya bus tidak benar-benar penuh. Kami penasaran dan mencoba naik ke dalam bus. Akhirnya, kami  menemukan dua tempat duduk kosong. Huiiissh, kami hanya duduk sebentar karena kondektur bus memberitahu kami jika bus sudah penuh. Hhhhhh… akhirnya kami turun dari bus. Setelah keluar dari bus, aku meraih saku jaket… oh my God…where is my camera… ????

Mengetahui apa yang terjadi, Nicholas cage sangat tanggap situasi dan dengan sigap naik ke atas bus. Kami belum sempat menyusul naik ke atas bus… Nicholas cage sudah turun dari bus dan menyerahkan kameraku. Thank God.

8.45 AM

Kami sudah menunggu hampir satu jam. Sudah dua bus ber-ac datang dan selalu penuh. Kami mulai gelisah. Pesawat kami dari Manila ke Coron island terbang pk 12.15 PM. Counter check in pesawat akan tutup 45 menit sebelum penerbangan. Arrrggh kami hanya punya waktu 2 jam 45 menit lagi. Sementara dari pengalaman kami sebelumnya, perjalanan dari airport Clark ke airport Manila membutuhkan waktu hampir tiga jam. Akhirnya saat bus tanpa ac datang kami memutuskan naik. Menurut keterangan, bus akan berhenti di tempat bernama Pasay dan kami harus melanjutkan perjalanan ke airport dengan taxi.

The way to Manila

Crazy Manila traffic – 10.30 AM

Bus keluar dari jalan tol dan masuk ke kota Manila. Kami segera mengamati jalan dan berusaha mencari tahu berada di daerah mana. Jalanan mulai padat. Bus hampir tidak bergerak. Kami bertanya pada orang di samping kami dan mulai gelisah saat mereka mengatakan lokasi Pasay masih jauh :(

Aku memikirkan hal yang terburuk…ketinggalan pesawat. Berapa ya harga tiket ke Coron Island saat ini ? Apakah masih available? Aku mengamati jalanan dan menyadari jika terdapat MRT station. Kami harus turun dan berpindah transportasi jika tidak ingin terlambat. Kami segera mengambil ransel, turun dari bus dan berlarian menuju MRT station.

Antrian loket MRT station

Loket tiket untuk manula dan orang cacat sepi. Loket tiket dengan uang pas agak lenggang, tapi kami tidak punya uang pas. Huiiis. Kami terpaksa mengantri. Tampang kami rasanya udah ga keruan. Kami naik MRT ke jurusan Taff station. Station terdekat dari Airport sekaligus station terakhir. Turun dari MRT kami segera menawar taxi menuju airport.

11.15 AM

Taxi memasuki area bandara. Gilaaaa. Kami tersenyum lebar. Untuk efisiensi waktu, maka kami berbagi tugas. Aku turun dan lari duluan memasuki airport tanpa membawa ransel. Begitu sampai counter check in pesawat aku bernafas lega. Thank you God!

 

Beautiful of Coron Island

Kali ini kami juga terbang menggunakan pesawat kecil. Beberapa saat sebelum landing, pesawat terbang semakin rendah dan menyuguhkan pemandangan pulau-pulau dan gunung-gunung yang terlihat indah di bawah sana. Aku tidak berhenti mengagumi dan bersyukur dalam hati. Hampir saja aku kehilangan kesempatan untuk menyaksikan semua ini.

Francisco B.Reyes Airport Coron

Jarak dari airport ke pusat kota +/- 22 KM. Kami menginap di Micasa Lodge Coron. Pihak hotel sudah menunggu kami di pintu keluar Airport. Biaya dari airport menuju hotel PHP 150 (+/- Rp 75.000,-) per orang.

The way to Coron town

Perjalanan dari Airport menuju pusat kota menyuguhkan pemandangan alam berupa bukit-bukit, padang rumput yang hijau dengan beberapa sapi dan kuda yang sedang merumput. Benar-benar natural. Memasuki kota Coron, jalanan relatif lenggang. Tricycle lebih sering terlihat dibandingkan mobil. Kota kecil yang sederhana tanpa sentuhan modernisasi.

Coron town

Mount Tapyas Coron

Mt Tapyas merupakan gunung ke dua tertinggi di Coron Island dengan ketinggian 210 M dari permukaan laut. Saat yang tepat untuk menggunjungi Mt Tapyas adalah saat matahari terbit atau matahari terbenam. Sore ini dari hotel kami jalan kaki dengan santai menuju Mt Tapyas.

The way to the top of Mt Tapyas

Keep going, don’t stop…

The view at the top is beautiful…

Kami harus naik lebih dari 750 anak tangga untuk sampai di puncak gunung. Pemandangan sepanjang perjalanan sangat indah. Saat sampai di atas kita bisa melihat pantai, kota dan bukit-bukit. Tepat di area view point terdapat salib puith yang akan menyala di malam hari. Cool. Rasanya pengen berlama-lama di tempat ini ;)

Top view from Mt Tapyas

Top view from Mt Tapyas

 

Bay Walk Coron and fish market

Turun dari Mt Tapyas kami jalan kaki menuju Bay Walk. Suasana bay walk tenang dan sepi. Terdapat beberapa resto dan satu dua souvenir shop. 

Kami terus berjalan dan menemukan pasar ikan. Wah ikan-ikan di sini besar-besar dan fresh. Menarik ;) Kami terus berjalan mengikuti petunjuk arah menuju mall. Wow… “Mall”… ? Hmmm ternyata sekelompok penjual kaki lima dalam satu area yang cukup besar. Dan mereka menamakan tempat itu mall :D yang jelas bukan mall seperti yang kita bayangkan :-P

Bay walk and fish market

Dinner at Micasa Lodge Coron

Kami memutuskan makan malam di hotel. Posisi resto berada di bagian atap hotel dengan pemandangan kota dan pantai di bawahnya. Suasana resto yang cukup menarik. Harga makanan juga cukup reasonable. Kami memesan kepiting pedas dan udang garlic.

Aroma harum langsung tercium saat menu terhidang di meja. Baru terasa kalau kami kelaparan :) Hmmm… masakan resto Micasa Lodge enak, gurih dan mantap. Taste yang sangat pas di lidah kami, baik dari rasa gurih maupun pedasnya. Yummmyyy ;)

 

One day Coron hopping island

15 Agustus 2013, 8.00 AM

Pagi yang cerah. Kami mengambil one day hopping island by Coron Galery tour dengan biaya PHP 650 (+/- Rp 162.500,-) per orang termasuk boat, entrance fee ‘n lunch.

Coron Island menjadi lokasi populer para penyelam dan pecinta kehidupan laut. Merupakan salah satu dari 10 destinasi scuba diving terbaik di dunia versi majalah Forbes travel. 

Hopping Island at Coron

Our boat

Satu group untuk hopping island hari ini meliputi dua orang tukang perahu yang merangkap guide kami dan sepuluh orang peserta tour. Kami menyewa peralatan snorkel dengan biaya PHP 100 ( +/- Rp 25.000,-) per alat snorkel. Kami sudah tidak sabar menyaksikan keindahan pantai dan alam bawah laut Coron island ;)

Hopping Island at Coron

Our tour guide

Perahu berlayar makin jauh meninggalkan kota Coron. Laut yang tenang dengan pegunungan yang indah membuat kami tidak berhenti mengagumi.

1st stop for snorkeling

Pasir putih dengan air laut berwarna biru tosca yang bening. Kami turun dari perahu dan mulai berenang. Saat snorkeling kami hanya menemukan ikan-ikan kecil.  Permukaan air dangkal dan tidak ada terumbu karang. Tempat ini lebih cocok untuk berenang.

 Coron Island

Coron Island1st

 

2nd stop for  snorkeling

Pada perhentian ke dua ini, sementara peserta bersantai dan snorkeling, tukang perahu dan guide kami mulai menyiapkan bakar-bakaran untuk menu makan siang kami. Ikan-ikan pada perhentian snorkeling kali ini lebih banyak dan terumbu karang di bawah sana juga indah.

2nd

 

3rd stop for snorkeling

Perhentian ketiga merupakan tempat snorkeling yang terbaik. Pegunungan di depan kami membentuk formasi landscape yang sangat indah. Dari atas perahu, kedalaman laut terlihat bagai cermin yang sangat jernih. Terumbu karang memiliki warna warni yang cantik. Ikan-ikan berwarna warni begitu banyak mengelilingi kami. KEREN BANGET !

 

Beautiful Coron Island

3rd

 

4th stop for lunch

Kapal merapat di pesisir pantai. Gubuk-gubuk bambu dan atap ijuk menjadi tempat kami bersantai dan makan siang. Menu makan siang kami cukup menarik, ikan bakar, daging babi manis dan lalapan.

Lunch on the beach

 

The best part of Coron Island

Perahu kami berlayar melewati pegunungan kapur yang menjulang dengan gagah. Air laut memiliki gradasi warna yang indah. Sepertinya tidak ada bagian yang tidak indah selama hopping island ini. Kami akan mendaki bukit untuk sampai di tempat bernama Kayangan Lake.

Kahyangan beach

 

Kelelahan kami mendaki tidak ada artinya dibandingkan pemandangan yang kami lihat saat sampai di atas. Foto spectacular seperti foto kami ini akan banyak ditemukan diberbagai media tentang Coron Island. Cool. Melihat sendiri secara nyata benar-benar pengalaman yang berbeda… hanya ada satu kata yang mewakilinya, AMAZING!

The best part of Coron Island

Once a year, go someplace you’ve never been before – Dalai Lama -

Dari atas bukit kami melanjutkan perjalanan turun ke balik bukit menuju Kayangan lake. Danau tersembunyi yang sangat indah. Air danau yang sangat jernih dengan perpaduan air tawar dan air laut. Tenang. Air yang hanya beriak saat kita menyentuh permukaan air. It’s a hidden paradise.

Kayangan Lake

Kayangan Lake water

Kayangan Lake

Last day in Coron

16 August 2013

Hari terakhir kami di Coron Island. Kami mendapat fasilitas late check out dari hotel. Sepanjang hari ini kami bersantai di hotel. Saat makan siang kami mendapat kesempatan bertemu dengan koki hotel, seorang pria paruh baya dengan penampilan sederhana. Kami menyampaikan pujian untuk rasa masakan yang lezat. Siang itu kami memesan soup noddle sea food dan ayam cabe kering. Yummy ;)

Breakfast ‘n Lunch at Micasa lodge

Unforgettable Coron

Tidak terasa liburan kami akan segera berakhir. Kami memesan shuttle dari hotel ke Airport dengan biaya PHP 150 (+/- 75.000,-) per orang. Kami akan melanjutkan perjalanan ke Manila dengan pesawat Cebu airline. Kami akan tinggal semalam di Manila, semalam di Clark, kemudian transit di Kuala Lumpur dan pulang ke Surabaya. Liburan yang sangat berkesan. Good bye CORON  ISLAND, I’ll be back someday…